Ahlan wa sahlan! Selamat datang sahabat di Situs Resmi BSMI Kota Bandung!

Kamis, 07 Juli 2011

Laporan Workshop Kiat Sukses Penggalangan dana Sosial BSMI, Ir. Abdul Gaffar (Ketua Regional I)

v  Kiat Sukses Penggalangan dana
v  Marketing dan Fundrising
v  Strategi sebagai Kunci Sukses Fundrising
v  Strategi Fundrising
v  Sumber-sumber donasi
v  Empat poin tahapan komunikasi fundrising


 A.    Kiat Sukses Penggalangan dana

     Proses menggalang dukungan merupakan kata yang tepat untuk menggambarkan arti dari fundrising. Penggalangan dukungan, baik dana atau sumber lain yang di targetkan, dengan meminta kesediaan berdonasi atau berinvestasi dari pihak – pihak yang peduli secara terpadu menjadikan target suatu kegiatan itu tercapai dengan baik.
  
 Dalam menjalani fundrising sangat dibutuhkan kreativitas dan inovasi-inovasi terbaik dan terbaru. Namun hal tersebut bisa di nominasikan menjadi hal penting nomer ke 10 atau seratus. Hal-hal utama yang dibutuhkan untuk menggalakan fundrising adalah dengan komitmen, keseriusan dan focus. Tidak bisa di sangkal lagi, sebuah loyalitas dan totalitas harus berada di dalam diri setiap anggota yang sedang melakukan fundrising.
    Beberapa hal penting yang perlu diingat bagi pelaku penggalang dana adalah banyak orang di sudut penjuru kota ini yang ingin menyalurkan sebagian hartanya, namun mereka bingung dan takut untuk menyedekahkannya ke sarana-sarana menyalur zakat dan infak.     Pada akhirnya harta mereka, tetap mereka simpan, sampai mereka mendapatkan sarana yang sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Di jalan-jalan besar, kebanyakan mahasiswa dan umat muslim lainnya, membuat kotak-kotak infak untuk masjid, atau kegiatan – kegiatan lainnya, tapi mereka tidak berfikir bahwa sebenarnya, citra mahasiswa dan umat muslim khususnya yang mereka rusak. Mengandalkan cara instan  dan cendrung mengganggu ketertiban dan kenyamanan orang banyak. Berbeda lagi dengan kita bersilaturahmi, kita sampaikan maksud dan tujuan, dan dengan berjangka kita laporkan hasil kegiatan berupa data dana yang disalurkan, foto-foto kegiatan dan tanda tangan penerima sumbangan.
     Hal lain yang perlu ditekankan, bagi penggalang dana adalah setiap orang yang kita minta menjadi donatur memiliki kedudukan yang sama. Hanya jumlah dan kesediaannya yang membedakan mereka. Maka dalam pembuatan laporan, semua danatur yang menyumbang dan tidak menyumbang wajib diberikan laporan.
     Niatkan setiap tujuan gerakan fundrising kita hanya untuk pemberian informasi, baik informasi bencana, informasi organisasi yang kita diami atau informasi program-program yang telah dan akan dilakukan. Dari silaturahmi itu baik bersedianya donatur mendonasikan atau tidak kita serahkan semuanya kepada Allah Yang Maha Esa.

 B.    Marketing dan Fundrising
     Fundrising mirip dengan marketing, tetapi dalam harfiahnya perbedaan dari kedua hal tersut terletak di focus. Marketing, berfokus kepada bagaimana sebuah perusahaan atau organisasi mampu menginformasikan, mempersuasi dan menggerakkan konsumen untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan. Sedangkan focus Fundrising sendiri adalah kepada bagaimana sebuah program atau lembaga social membangun “kebersamaan” visi dan misi pada donaturnya dan membuat donatur mau berkontribusi untuk tercapainya visi dan misi tersebut. Kontribusi dapat berupa finansial, simpati, do’a dan dukungan moral.
     Seorang donatur tidak akan terus-menerus mendonasikan hartanya, apabila program yang kita lakukan tidak jelas, laporan tidak memuaskan dan danatur merasa dirugikan serta tidak senang atas apa yang kita kerjakan. Maka dari itu, poin kebersamaan adalah poin penting dalam menjaga keistiqomahan donatur.
      Fundrising merupakan sebuah “irregular marketing”, aktivitas marketing yang tidak biasa. Fundrising juga membutuhkan keterampilan dan kreativitas sebagaimana halnya marketing. Dalam pembuatan proposal, publikasi kegiatan dan rangkaian acara harus di padukan dengan kreativitas yang menarik dan tidak biasa. Dan dengan keterampilan, fundrising dapat mengadaptasi prinsip-prinsip marketing.

C.     Strategi sebagai Kunci Sukses Fundrising
      Dalam menjalankan setiap apa yang akan kita rencanakan, sangat dibutuhkan strategi. Straregi merupakan langkah awal terjadinya keberhasilan kegiatan fundrising. Merencanakan strategi yang tepat, akan menjadi kunci utama keberhasilan program.
Namun dalam perumusannya, sangat disanyangkan apabila strategi hanya di rumuskan oleh ketua saja, maka dari itu perumusan strategi fundrising perlu dirumuskan secara “bersama” dengan “tepat” jika ingin mencapai target yang diinginkan.

D.    Strategi Fundrising
      Dalam perumusan strategi, kita dapat mengadaptasi pentingnya segmentasi, targeting, positioning(STP) untuk mengarahkan bagaimana sebuah program fundrising nantinya dijalankan. Tidak dapat dipungkiri, factor keterbatasan menjadi pertimbangan utama. Baik itu keterbatasan finansial, personil, infrastruktur, relasi dan kemampuan. Namun, keterbatasan itu bisa ditutup dengan menghadirkan STP dalam perumusan strategi fundrising dan di bahasa secara bersama.
     Perumusan STP yang tepat dan baik akan membantu tim fundrising dalam membuat skala prioritas kerja, pengalokasian sumber daya yang optimal,dan eksplorasi “kantong uang” paling besar.
     Perumusan ketiga aspek STP, dalam pembahasan strategi fundrising memudahkan kita dalam menjalankan taktik-taktik fundrising dan memonitoring kesesuaian gerak fundrising kita dengan calon donatur yang kita targetkan.
1.      Segmenting
Masyarakat atau prospek donatur terdiri atas berbagai keragaman. Kita harus tepat mengelompokkan mereka sesuai dengan kepentingan. Kelompok-kelompok ini yang nantinya disebut sebagai segmen.
Pembagian segmen antara lain dapat berdasarkan area/wilayah tinggal, penghasilan, pendidikan, profesi, usia, status pernikahan, jumlah anak dan sebagainya.
Untuk target prospek donatur Lembaga/Yayasan, pembagian segmen misalnya berdasarkan jumlah cabang, jumlah karyawan, sector usaha, BUMN atau swasta, terbuka atau tertutup, aktif CSR dan sebagainya.


2.      Targeting
Setelah segmen –segmen terdaftar, selanjutnya menentukan segmen mana yang menurut kita paling sesuai dengan karakteristik target donatur yang kita harapkan.
Misalnya jika program social kita bergerak dalam penanganan kesehatan masyarakat kurang mampu, maka mungkin segemen dokter spesialis serta perusahaan farmasi menjadi target utama kita.


3.      Positioning
Setelah segmen ditentukan, selanjutnya adalah merumuskan bagaimana memposisikan program atau lembaga kita di benak calon donatur, dalam bingkai persepsi dan kepantasan segmen tersebut.
Misalnya, ketika kita merumuskan menargetkan donatur dari segmen keluarga mapan berpenghasilan minimal Rp. 20 juta, maka kita perlu muncul dengan pendekatan elegan, tidak mengeksploitasi imel visual yang menyayat hati, serta mempertimbangkan aspek rasionalitas disamping emosional.

 E.     Sumber-sumber donasi

     Sumber donasi bisa beragam bagi sebuah program atau lembaga social. Yang lebih utama adalah memastikan perolehan yang berkesinambungan dan memadai.
     Perolehan donasi rutin setiap bulan, sepanjang tahun, akan sengat melegakan. Perolehan bersifat setahun sekali atas sebuah hibah, selama bisa dipastikan, juga tidak masalah selama proses pengelolaan cashflow pengeluaran dapat dikontrol dengan baik. Namun jika tidak rutin serta tidak jelas perolehannya dari bulan ke bulan, maka perlu sebuah penanganan fundraising  yang lebih optimal.
Beberapa sumber donasi yang dapat kita sesuaikan dengan kemampuan fundraising kita adalah :
  1. Donasi perorangan
  2. Donasi komunitas
  3. Donasi perusahaan
  4. Donasi yayasan besar
  5. Donasi pemerintah
  6. Donasi via penjualan produk (Product Fundrising)
  7. Donasi via Special Event
  8. Donasi via Dana Abadi

F.     Empat poin tahapan komunikasi fundrising

     Sebuah program atau lembaga social tentunya berharap untuk terus meningkatkan jumlah jangkauan penerima manfaat atas program-program mereka. Keyakinan atas urgensi program yang dijalankan membuat sebuah lembaga social akan berusaha menggalang setiap dukungan yang dibutuhkan untuk memastikan program tersebut terus berjalan. Peran kita sebagai fundraiser menjadi penting dalam memastikan ketersediaan dukungan (dana) yang memadai.


     



     Dana yang diperoleh dari donatur, baik perorangan ataupun lembaga lain, pada sisi lain adalah dampak dari sebuah upaya komunikasi fundraising yang baik. Terlebih untuk donatur perorangan, komunikasi fundraising yang dapat menyesuaikan diri dengan tahapan proses pengambilan keputusan donatur akan memastikan dukungan donatur yang lebih berkesinambungan. Hal ini muncul ketika donatur memahami program atau lembaga social kita secara lebih baik dan menyeluruh sebagai alasan mereka membantu kita.

1.      Kemampuan mengkomunikasikan urgensi Program Lembaga kita yang akan dijalankan
2.      Kemampuan memposisikan lembaga kita sebagai lembaga yang kompeten, professional dan dapat dipercaya dalam konteks situasi social
3.      Kemampuan menggerakan donatur untuk berdonasi kepada program lembaga kita
4.      Kemampuan menggerakan donatur untuk berdonasi kembali dan merekomendasikan program lembaga kita

 Oleh : Tommy Frahdian (FKG09)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar